четверг, 23 июня 2011 г.

Demi Judi, Saya Rela Masuk Neraka

ALI Sadikin tak pernah lepas dari kontroversi. Bekas Gubernur Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta (1966-1977) ini kembali mengusung "ide liar". Di depan anggota DPRD Jakarta, bulan lalu ia mengusulkan agar bisnis judi di Jakarta mendapat payung hukum. Sebab, "Pemda DKI Jakarta bisa mendapat uang Rp 15 triliun per tahun," ujar Ali Sadikin, mantap.
Usulan legalisasi judi bukan barang baru bagi pensiunan letnan jenderal marinir yang akrab disapa "Bang Ali" itu. Saat menjadi Gubernur DKI Jakarta, dia pula yang melegalkan judi di Ibu Kota. Hasilnya, saat itu kas DKI Jakarta mendapat gelontoran dana segar Rp 20 miliar per tahun. Uang itu digunakan untuk membangun jalan, puskesmas, dan gedung sekolah.
Namun, zaman telah berubah. Partai Keadilan Sejahtera (PKS) kini mendominasi DPRD Jakarta. Partai yang mengusung "semangat Islam" ini jelas-jelas menolak legalisasi judi, apalagi sebagai sumber pendapatan resmi Pemda DKI Jakarta. "Kami sadar kita butuh uang. Tapi tak harus menghalalkan yang haram," ujar Tri Wisaksana, Ketua PKS Jakarta.
Ali tak peduli. Penasihat Gubernur DKI Sutiyoso itu malah mengejek politisi partai Islam hanya mencari popularitas dan jabatan. Seperti 34 tahun lalu, ketika ia melegalkan judi di Jakarta, ia menantang. "Demi judi, saya rela masuk neraka," katanya.
Untuk mengupas polemik legalisasi judi dan pelbagai persoalan Ibu Kota, wartawan Tempo Setiyardi dan fotografer Bernard Chaniago pekan lalu mewawancarai Ali Sadikin. Meski hanya ditopang satu ginjal cangkokan, lelaki kelahiran Sumedang, 7 Juli 1927, itu masih sanggup melayani dua jam wawancara. Berikut kutipannya.

http://majalah.tempointeraktif.com
sunber: 

Комментариев нет:

Отправить комментарий